nama-nama kitab Hadits yang disusun pada abad
ke-2 H dan abad ke-3 H.
a. Kitab Hadits pada abad ke-2 H:
Ø Muwato’ Al Imam Malik karya dari Malik bin
Anas Abu Abdillah. (lahir pada tahun 93 H, dan meninggal pada tahun 179 H).
Ø Musnad Al Imam Abdullah bin Mubarak karya dari
Abdullah bin Mubarak bin Wadhih. (lahir pada tahun 118 H, dan meninggal pada
tahun 181 H).
Ø Musnad As Syafi’i karya dari Muhamad bin Idris
Abu Abdillah As Syafi’i. (lahir pada tahun 150 H, dan meninggal pada tahun 204
H).
Ø Musnad bin Abi ja’d karya dari Ali bin Ja’d
bin Abid Abu Al Hasan Al Jauhari Al Baghdadi. (lahir pada tahun 134 H, dan
meninggal pada tahun 230. Beliau adalah salah satu Musanif kitab Hadits yang
umurnya hampir mencapai seratus tahun).
Ø Mushanaf Ibnu Abi Saibah karya dari Abu Bakar
Abdullah bin Muhamad bin Abi Saibah Al Isiy Al Kufi. (lahir pada tahun 159 H,
dan meninggal pada tahun 235 H).
Ø Sunan Said bin Mansur karya dari Said bin
Mansur. (untuk kelahirannya sampai saat ini penulis belum menemukan riwayat,
bahkan dalam kitab Siyar A’lami Al Nubala’ disana cuman disebutkan bahwa
Said bin Mansur meninggal pada tahun 227 H).
b. Kitab Hadits pada abad ke-3 H:
Ø Al Jami’ As Shahih karya dari Muhamad bin
Ismail bin Mughirah Al Bukhari. (lahir pada tahun 194 H, dan meninggal pada
tahun 256 H).
Ø Shahih Muslim karya dari Abulhusain Muslim bin
Hajaj bin Muslim Al Kusairi An Nisaburi. (lahir pada tahun 204 H, dan meninggal
pada tahun 261 H).
Ø Sunan Abi Dawud karya dari Abu Dawud Sulaiman
bin As’ad As Sijstani. (lahir pada tahun 202 H, dan meninggal pada tahun 275
H).
Ø Al Jami’ As Shahih Sunan At Tirmidzi karya
dari Muhamad bin Isa bin Isa At Tirmidzi As salami. (lahir pada tahun 209 H,
dan meninggal pada tahun 303 H).
Ø Mujtaba min As Sunan karya dari Ahmad bin
Suaib Abu Abdirahman An Nasa’i. (lahir pada tahun 215 H, dan meninggal pada
tahun 303 H).
Ø Sunan Ibnu Majah karya dari Ibnu Majah Abu
Abdillah Muhamad bin Yazid Al Kazwiniy. (lahir pada tahun 209 H, dan meninggal
pada tahun 273 H).
Ø Shahih ibnu Khuzaimah karya dari Muhamad bin
Ishaq bin Khuzaimah Abu Bakar As Salami An Naisaburi. (lahir pada tahun 223 H,
dan meninggal pada Tahun 311 H).
Ø Sunan Al Darimi karya dari Abdullah bin
Abdurrahman bin Fadl bin Bahram. (lahir pada tahun 181 H, dan meninggal pada
tahun 255 H).
karakteristik umum pembukuan kitab Hadits pada
abad ke-2 dan ke-3 H, dari segi metode pengumpulan dan penyusunannya.
a. Pembukuan kitab Hadits pada abad ke-2 H
Pada masa ini Ulama’ Hadits bisa dikatakan awal masa penyempurnaan masa
pengkodivikasian Hadits, sekalipun hanya dalam batas persyaratan lisan saja.
hal ini terbukti bahwa hampir semua kitab Hadits yang ditelurkan oleh para
ulama’ Hadits pada masa ini masih belum tersusun secara sistematis dan masih
banyak dalam satu kitab yang tercampur dengan Qaul Sahabat dan Tabi’in. Dan
mayoritas para ulama’ menyebutnya dengan istilah "الجمع و
التدوين" yang artinya “masa pengumpulan dan
pengkodivikasian Hadits”. Hal ini terbukti karena:
Ø
Dilihat dari
segi pengumpulannya.
·
Pengumpulan Hadits pada masa ini merupakan anjuran atau perintah
dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz (salah satu Khalifah dari Bani Umayah), yang
khawatir akan kondisi salah satu sumber rujukan Islam. Karena pada masa ini
pula mulai muncul banyak pemalsu Hadits, aliran atau sekte-sekte dalam
perpecahan aqidah umat Islam sendiri, seperti: Mu’tazilah, As’ariyah, Murji’ah,
Kodariyah dan lain sebagainya.
·
Penghimpun atau
pengumpulan Hadits pada masa ini pula belum mengembara jauh untuk mencari
sebuah Hadits, hanya terbatas pada kota atau daerah yang mereka tempati saja.
Misalkan kitab Hadits Musnad As Syafi’I, kitab ini menjadi kesempurnaan sebuah
kitab Hadits, karena Murid Imam As Syafi’I yang mengikiti khalaqoh pengajian
bersama Imam Syafi’I disetiap harinya, ia bernama Muhamad bin Idris Abu Abdillah As Syafi’i. (lahir pada
tahun 150 H, dan meninggal pada tahun 204 H). Karena ia
merasa penting bahwa fatwa-fatwa Imam Syafi’I dan Hadits-hadits yang
diriwayatkanya untuk dibukukan dan menjadi salah satu rujukan dalam Islam.
·
Pengarang atau
Musanif kitab Hadits pada masa ini cenderung untuk menghimpun Hadits saja,
belum memperhatikan kualitas sanad maupun matan. Atau dengan istilah lain
menghimpun Hadits secara “Musnad” yakni menghimpun Hadits dari para Sahabat
tanpa melihat masalah-masalahnya, baik isi atau nilai Hadits (Shahih, Hasan
Dha’if).
Ø Dilihat dari segi metode penyusunannya
·
Pada masa ini
kitab Hadits penyusunannya masih belum secara sistematis.
·
Pada masa
ini kitab Hadits didalamnya masih campur antara Hadits nabi, Qaul
Sahabat dan tabi’in, dan hal ini dapat dilihat dalam kitab Al Muwato’ atau
Musnad As Syafi’I Misalkan.
·
Pada masa ini
kitab Hadits penyusunannya masih tercampur aduk dengan beberapa topik yang ada.
·
Pada masa ini
pula, belum dijumpai Ulama’ yang mengarang kitab Hadits yang berupaya untuk
mengklasifikasikan mana Hadits Sahih, Hasan, Dha’if dan sebagainya.
b. Pembukuan kitab Hadits pada abad ke-3 H
Pada masa ini dapat dikatakan masa yang paling sukses dalam sejarah
pembukuan kitab Hadits. Sebab pada masa ini banyak ulama’ Hadits yang berhasil
memisahkan antara Qaul Nabi Muhamad SAW, dan Qaul para Sahabat maupun Tabi’in.
Dan pada masa ini pula sudah dapat berhasil meneliti dan menyeleksi secara
teliti baik dari segi sanad maupun matannya. Sehingga para ulama’ banyak yang
menamai bahwa pada masa ini disebut juga dengan: "عصر الجمع و التصحيح "
Yang artinya: Masa penghimpunan dan pentashihan Hadits. (Pendapat
seperti ini saya kutib dari bukunya bapak Masfuj Zuhdi yang berjudul pengantar
ilmu Hadits).
Ø Dilihat dari segi pengumpulannya
·
Pada masa ini,
murni para Musanif kitab Hadits mempunyai hirah yang sangat tinggi untuk
menjaga kevalidan sebuah hadits, hal ini terbukti pada masa ini banyak Musanif
kitab hadits yang rela pergi jauh sampai keplosok desa guna menemui guru untuk
menimba ilmu, khususnya dalam bidang Hadits.
·
Pada masa ini
pengarang memberi respeck terhadap sekte-sekte yang mulai muncul pada abad ke-2
H, pengarang menghimpun semua serangan (celaan) yang dilancarkan oleh
ulama’-ulama’ kalam pada pribadi Ulama’ Hadits itu sendiri, misalkan mengatakan
bahwa si A tidak dapat diterima Haditsnya karena tidak Dhabit atau tidak adil,
jadi tidak dapat diterima Haditsnya. Kemudian pengarabg pada masa 3 H ini
member tanggapan atas tuduhan tersebut dan menanggapi celaan tersebut dengan
hujjah-hujjah yang kuat. Seperti yang ada dalam isi kitab Hadits Ta’wil
Mukhtalif Al Hadits karya dari Abdullah bin Muslim bin Qutaibah. (Pendapat seperti ini saya kutib dari bukunya
bapak Masfuj Zuhdi yang berjudul pengantar ilmu Hadits).
Ø Dilihat dari segi metode penyusunannya.
·
pada masa ini pengarang atau mushonif lebih memudahkan
para pembaca dengan penawaran sub bab atau tema-tema, dan pada satu tema akan
dimunculkan Hadits-hadits yang mempunyai maudhu’ sama. Misalkan kitab As Sunan,
disana banyak tema fiqih seperti shalat, zakat puasa, haji dan lain sebagainya.
Maka di dalam bab yang tertera akan dicantumkan banyak hadits yang menyinggung
perihal permasalahan tersebut. (munculnya kutub As Sunan).
·
Karena pada masa ini pentashihan atau verivikasi sebuah
Hadits sudah dapat dikatakan berhasil, maka pada masa ini pula ada kitab Hadits
yang disusun berdasarkan Hadits Shahih saja seperti: (Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim), kedua kitab ini didalamnya memuat Hadits-hadits yang shahih saja.
Sehingga dalam gradasi kitab induk Hadits, keduanyalah yang paling tinggi. Dan
adapula yang menyusun berdasarkan kebanyakan Hadits Hasan dan Dho’if yang
dengan tujuan untuk fadha’ilul a’mal bagi umat Muhamad SAW, yakni seperti kitab
Hadits Ibnu Majjah, disana banyak ulama’ yang menilai bahwa kualitas Hadits
yang ada dalam kitab ibnu Majjah masih berada dibawah kitab Hadits sunan-sunan
yang lainnya, namun Ibnu Majjah mengumpulkan Hadits yang Dha’if maupun Hasan
dengan tujuan untuk fadha’ilul a’mal semata. Maka dari itu hal yang demikian
memudahkan kita, jika kita ingin mencari Hadit-hadits yang kwalitasnya Shahih,
kita tinggal merujuk Bukhari dan Muslim. Dan jika kita mengiginkan untuk
mencari Hadits-hadits untuk fadha’ilul a’mal tinggal membuka seperti kitab
Sunan ibnu Majjah. Selain itu ternyata Imam Al Bukhari pada masa ini pula juga
menngarang kitab Hadits yang bertujuan untuk Fadha’ilil a’mal saja yakni dalam
kitabnya yang berjudul Adab Al Mufrad. Dalam kitab ini banyak ulama’ yang
menilai bahwa kualitas Hadits yang ada didalamnya banyak yang Hasan maupun
Dha’if. Dan oleh Imam Al Bukhari di sendirikan untuk dijadikan Kitab Adab al
Mufrad ini. Disana banyak yang membicarakan etika seseorang terhadap sesama
makhluk. (bisa di cek langsung dalam kitab Adab Al Mufrad li Abi Abdillah
Muhamad bin Isma’il Al Bukhari).