Minggu, 17 Mei 2015

QASHAS AL QUR'AN


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Sebagai umat Islam wajib bagi kita untuk tahu makna Islam yang sebenarnya. Untuk mengetahui hakekat Islam, haruslah kita tahu tentang hal yang menjadi dasar pokok aturan-aturan dalam Islam. Dasar paling pokok dalam Islam yang digunakan panutan setiap orang yang beragama Islam yang pertama kali adalah al-Qur’an. Keberadaan al-Qur’an sangatlah disakralkan karena semua yang terkandung di dalamnya merupakan kalam Allah.  Untuk mengkaji al-Qur’an secara mendalam, baik cara menbaca, sampai mengetahui isi kandungannya bukanlah hal yang mudah, diperlukan ilmu yang mengkaji bidang-bidang itu yang disebut Ulumul Qur’an.
Didalam Ulumul Qr’an membahas segala sesuatu yang menyangkut tentang al-Qur’an, mulai dari sejarahnya, pengkodifikasiannya, turunnya, urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, penafsirannya, kemu’jizatannya, nasikh mansukhnya, penolakan hal-hal yang menimbulkan keraguan terhadap Alquran dan sebagainya.
Sedangkan di dalam al-Qur’an ada berbagai kandungan pokok-pokok ajaran Islam seperti: aqidah, syariah, akhlak, sejarah, iptek, dan filsafat. Namun sesuai dengan tema makalah ini hanya akan dijelaskan secara lebih rinci terkait dengan kandungan isi al-Qur’an di bidang sejarah atau kisah-kisahnya(Qashash al-Qur’an).

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa sesungguhnya pengertian Qashash Al-Qur’an itu?
2.    Bagaimana membedakan jenis – jenis dari Qashash Al-Qur’an?
3.    Bagaimana Tujuan memahami Qashash Al-Qur’an?
4.    Apa Faedah mempelajari Qashash Al-Qur’an?
5.    Apa Hikmah dari pengulangan Qashash Al-Qur’an?
C.  Tujuan Masalah
1.     
2.     
3.     

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Qashash al-Qur’an
Secara bahasa kata qashash (قصص) adalah bentuk jamak dari kata qishshah (قصة). Kata itu berasal dari kata kerja qashsha - yaqushshu (قص - يقص) yang berarti cerita.
Sedang kata kisah yang berasal dari kata al-qshashu, berarti mencari atau mengikuti jejak. Seperti contoh, “قَصَصْتُ أَثَرَهًartinya, “saya mengikuti atau mencari jejaknya”. Kata al-qashash adalah bentuk masdar. Seperti dalam firman Allah Q.S.Al-Kahfi: 64 yang berbunyi:
tA$s% y7Ï9ºsŒ $tB $¨Zä. Æ÷ö7tR 4 #£s?ö$$sù #n?tã $yJÏdÍ$rO#uä $TÁ|Ás%
Artinya: “Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.”(Q.S.Al-Kahfi: 64)
Maksudnya, kedua orang dalam ayat itu kembali lagi untuk mengikuti jejak dari mana keduanya itu datang.[1]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kisah diartikan sebagai cerita atau kejadian (riwayat dan sebagainya) dalam kehidupan seseorang.[2]
Qashash berarti berita berurutan sedangkan al-qishshah berarti urusan, berita, perkara, keadaan. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah Q.S Ali Imran: 62 yang berbunyi:
¨bÎ) #x»yd uqßgs9 ßÈ|Ás)ø9$# ,ysø9$# 4 $tBur ô`ÏB >m»s9Î) žwÎ) ª!$# 4 žcÎ)ur ©!$# uqßgs9 âƒÍyèø9$# ÞOŠÅ3ysø9$#  
Artinya: Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Ali Imran: 62).
Juga dalam Q.S. Yusuf: 111, yang berbunyi:
ôs)s9 šc%x. Îû öNÎhÅÁ|Ás% ×ouŽö9Ïã Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# 3 $tB tb%x. $ZVƒÏtn 2uŽtIøÿム`Å6»s9ur t,ƒÏóÁs? Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ Ÿ@ÅÁøÿs?ur Èe@à2 &äóÓx« Yèdur ZpuH÷quur 5Qöqs)Ïj9 tbqãZÏB÷sãƒ
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (Q.S. Yusuf:111)
Dari ayat-ayat diatas Hasbi Ash Shiddieqy juga menjelaskan bahwa pengertian dari Qashash adalah mencari bekasan atau mengikuti bekasan (jejak). Lebih lanjut, beliau juga menjelaskan bahwa lafadz qashash adalah bentuk masdar yang berarti mencari bekasan atau jejak.[3]
Sedangkan menurut Manna al-Qattan Qashash Al-Qur’an adalah pemberitaan Al-Qur’an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al-Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian masa lalu, sejarah bangsa – bangsa, keadaan negeri - negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona.[4]
Dari berbagai pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa secara global pengertian dari Qashash Al-Qur’an adalah pemberitahuan Qur’an tentang kisah umat yang telah lalu, kisah-kisa nabi, yang memuat berbagai peristiwa yang telah terjadi. Di samping itu Qur’an juga memuat segala sesuatu sebagai petunjuk bagi ummat manusia.


B.  Macam-Macam Qasash al-Qur’an
Secara garis besar pembagian macam-macam al-Qur’an dibagi dilihat dari tiga sudut pandang, yang mana pada setiap pembagian menurut satu sudut pandang mempunyai tiga bagian diantaranya seperti yang diuraikan dibawah ini.
1.    Dilihat dari Sudut Pandang Pelaku dan Peristiwa yang Mengikutinya.
Dilihat dari sudut pandang peristiwa, maka sangat mungkinlah jika selalu berkaitan dengan para pelaku peristiwa itu sendiri. Dalam hal ini dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a.    Kisah Para Nabi. Misalnya kisah Nuh, Ibrahim, Musa Harun, Muhammad dan nabi-nabi serta rasul-rasul lainnya.[5] Seperti kisah nabi Nuh dalam Firman Allah,
ôs)s9 $uZù=yör& %·nqçR 4n<Î) ¾ÏmÏBöqs% tA$s)sù ÉQöqs)»tƒ (#rßç7ôã$# ©!$# $tB Nä3s9 ô`ÏiB >m»s9Î) ÿ¼çnçŽöxî þÎoTÎ) ß$%s{r& öNä3øn=tæ z>#xtã BQöqtƒ 5OŠÏàtã 
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).” (Q.S. al-A’raaf: 59).[6]
b.    Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Misalnya, kisah Talut dan Jalut, dua orang putra Adam, penghuni gua, Zulkarnain, orang-orang yang menangkap ikan pada hari Sabtu, Maryam, Ashabul Ukhdud, Ashabul Fil (pasukan gajah) dan lain sebagainya.[7] Contoh kisah Zulkarnain

štRqè=t«ó¡our `tã ÏŒ Èû÷ütRös)ø9$# ( ö@è% (#qè=ø?r'y Nä3øŠn=tæ çm÷ZÏiB #·ò2ÏŒ ÇÑÌÈ  
Artinya: mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya"
c.    Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah, seperti perang Badar dan perang Uhud dalam surah Ali ‘Imran, perang Hunain dan Tabuk dalam surah At-Taubah, perang Ahzab dalah surat Al-Azhab, hijrah, Isra-Mi’raj dan lain-lain.[8] Seperti contoh Firman Allah tentang kisah Isra’-Mi’raj Nabi Muhammad.

z`»ysö6ß üÏ%©!$# 3uŽó r& ¾ÍnÏö7yèÎ/ Wxøs9 šÆÏiB ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tysø9$# n<Î) ÏÉfó¡yJø9$# $|Áø%F{$# Ï%©!$# $oYø.t»t/ ¼çms9öqym ¼çmtƒÎŽã\Ï9 ô`ÏB !$oYÏG»tƒ#uä 4 ¼çm¯RÎ) uqèd ßìŠÏJ¡¡9$# 玍ÅÁt7ø9$# ÇÊÈ  
Artinya: “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Q.S. Al Israa': 1).[9]
2.    Dilihat dari Sudut Pandang Panjang Pendeknya Kisah
Dilihat dari panjang pendeknya kisah Al-Qur’an, dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu:
a.    Kisah Panjang, contohnya kisah Nabi Yusuf dalam surat Yusuf (12) yang hampir seluruh ayatnya mengungkapkan kehidupan Nabi Yusuf, sejak masa kanak-kanak sampai dewasa dan memiliki kekuasaan. Contoh lainnya adalah kisah Nabi Musa dalam surah al-Qashash (28), kisah Nabi Nuh dan kaumnya dalam surah Nuh (71), dan lain-lain.
b.    Kisah yang lebih pendek dari bagian pertama (sedang), seperti kisah Maryam dalam surah Maryam (19), kisah Ashab al-kahfi pada surah Al-Kahfi (18), kisah Nabi Adam dalam surah Al-Baqarah (2) dan surah Thoha (20) yang terdiri atas sepuluh atau belasan ayat saja.
c.    Kisah Pendek, yaitu kisah yang jumlahnya kurang dari sepuluh ayat, misalnya kisah Nabi Hud dan Nabi Luth dalam surah Al-A’raf (7), kisah Nabi Shalih dalam surat Hud (110), dan lain sebagainya.[10]
3.    Ditinjau dari Sudut Pandang Waktunya.
Dilihat dari sudut pandang waktunya juga dibagi menjadi tiga bagian, diantaranya adalah:
a.    Gaib pada masa lalu, artinya kisah-kisah tersebut terjadi pada masa lampau, dan disadari atau tidak kita tidak menyaksikan peristiwa tersebut, tidak mendengarkan juga tidak mengalaminya sendiri.[11] Contohnya, Kisah tentang dialog malaikat dengan tuhannya mengenai penciptaan kholifah di bumi, sebabagaimana tercantum dalam QS. Al-Baqarah: 30-34, Kisah tentang penciptaan alam semesta, sebagaimana diceritakan dalam QS. Al-Furqon: 59 dan QS. Qaf: 38, dan Kisah tentang penciptaan nabi Adam AS dan kehidupannya ketika d surga, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-A'raf: 7.
b.    Gaib pada masa kini, artinya bahwa kisah tersebut terjadi pada masa sekarang, namun kita tidak dapat melihatnya di bumi ini.[12] Contohnya, Kisah tentang turunnya Malaikat-malaikat pada malam Lailatul Qadar, seperti disebutkan dalam QS. Al-Qadar: 1-5, dan Kisah tentang kehidupan makhluq-mahkluq gaib seperti setan, jin, Iblis, seperti tercantum dalam QS. Al-A'raf: 13-14.
c.    Gaib pada masa depan, artinya kisah-kisah yang diceritakan semua akan terjadi pada masa depan ( di akhir zaman).[13] Contohnya, Kisah tentang akan datangnya hari kiamat, seperti tercamtu dalam QS. Qori'ah, Al-Zalzalah, Kisah Abu Lahab kelak di akhirat, seperti terdapat pada QS. Al-Lahab, dan Kisah tentang surga dan neraka orang-orang di dalamnya, seperti dijelaskan dalam QS. Al-Ghosiyah dan surat-surat yang lain.[14]
C.  Karakteristik Kisah-Kisah di dalam al-Qur’an
Ketika seseo
D.  Pengulangan Kisah dalam al-Qur’an
Semua yang menjadira yang menghalangi sampainya air pada kulit.
E.  Tujuan Qashash al-Qur’an
Dalam setiap isi kandung dalam al-Qur’an masti mempunya maksut dan tujuan. Begitu pula dalam Qashash al-Qur’an ini

s)s9 šc%x. Îû öNÎhÅÁ|Ás% ×ouŽö9Ïã Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# 3 $tB tb%x. $ZVƒÏtn 2uŽtIøÿム`Å6»s9ur t,ƒÏóÁs? Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ Ÿ@ÅÁøÿs?ur Èe@à2 &äóÓx« Yèdur ZpuH÷quur 5Qöqs)Ïj9 tbqãZÏB÷sãƒ
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Q.S. Yusuf: 111)

F.   Faedah Kisah-Kisah al-Qur’an
Allah SWT ternyata begitu meny
















BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan






                                                                         











DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhari, Muhammad Ibn Isma’il Ibn Ibrahim Ibn al-Maghirah. Shahih al-Bukhari. (Bekasi: Asbabul muslimin, 2011).
Al-Jamal, Ibrahim Muhammad. Fiqhu al Mar’ah al Muslimin. Alih Bahasa. Anshori Umar Sitanggal. Fiqih Wanita. (Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1986).
Asatidz Madrasah Diniyah Futuhiyyah, dan Pengurus JTM. Kumpulan Makalah Masalah ‘Ubudiyyah dan Nikah. (Cet. IV, Kediri (Pare):Jam’iyyah Tarbiyatul Mubtadi’ien Pondok Putra Pesantren fatkhul ‘Ulum Kwagean, 2012).
Hajar al Asqalany, Imam Ibnu. Bulughul Maram Min Adillatil Ahkaam. (Surabaya: Darulilmi, tt.).
Qosim Al-Ghazy, Asy-Syekh bin. di terjemahkan oleh Ahmad Sunarto. Fathu Al-Qorib. (Surabaya:A-lHidayah, 1991).
Ritoga dan zainuddin, Rahman. Fiqh Ibadah. (Cet. I, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997).
Yunus, Muhammad. Fiqhu al Wadlih. (Juz. I, Bandung: PT. Alma’arif, tt.).


[1]Manna Khalil al-Qaththan, Mabahis fi Ulum al-Quran (Mansyurat al-Asr al-Haidis, 1973), h. 305.
[2]Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-III (Cet. II ed. III; Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 572.
[3]M. Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu al-Qur’an (Jakarta: Bulan Bintang, 1972). h. 35.
[4]Syaikh Manna’Al-Qaththan. Mabahis fi Ulum al-Quran diterjemahkan oleh H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc, MA. Dengan judul Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Cet. I; Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006). h. 387.
[5]Supiana dan M. Kaman, Ulumul Quran, (Cet. I, Bandung: Pustaka Islamika, 2002), h. 245.
[6]Choiruddin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Isi al-Qur’an Jilid I, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), h. 134.
[7]Supiana dan M. Kaman, Ulumul Quran,... h. 245.
[8]Supiana dan M. Kaman, Ulumul Quran,... h. 245.
[9]Choiruddin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Isi al-Qur’an Jilid I,... h. 160
[10]http://abumuslimalbugisy.blogspot.com/2009/06/qashash-al-quran.html, diakses 28 oktober 2013, pukul 11:03.
[11]Supiana dan M. Kaman, Ulumul Quran,... h. 244.
[12]Ibid., h. 244.
[13]Ibid., h. 245.
[14]Choiruddin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Isi al-Qur’an Jilid I,... h. 121.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar