Selasa, 05 Mei 2015

KEMBALI PADA AJARAN AGAMA

KEMBALI KEPADA AJARAN AGAMA
السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ اَمَرَعِبَادَهُ بِالتَّمَسُّكِ بِالدِّيْنِ فِيْ كُلِّ حَال. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الْكَبِيْرُ الْمُتَعَال. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَحْمُوْدُ الْفِعْلِ وَالْمَقَالِ وَاْلاَحْوَال.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيَّدِنَا مُحَمَّدٍوَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنَ زَيَّنَ نَفْسَهُ بِصَالِحِ الْاَعْمَالِ.
اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوااللَّهَ حَقَّ تَقْوَاهُ وَعْلَمُوا اَنَّ اللَّهَ يَأْ مُرُ عِبَادَهُ بِأَمْرٍيَنْفَعُهُمْ فِىي لدُّنْيَا اِلَى الْمَآًلِ.
Hadirin jamaahJumat yang terhormat
Dalam suasana yang penuh khidmat ini marilah kita bersama-samamawasdiri, merenung kembali segala apa yang kitaperbuat, adakah selama ini hidup kita terisi dengan nilai-nilaike takwaan kepada Allah Swt. Atau justrusebaliknya, kita lebih banyak berpaling dari ajaranNya dan menggunakan kesempatan dalam kehidupan ini untuk kepentingan nafsu yang melekat dan akan menjerumuskan kita. Hal ini penting kita lakukan, paling tidak pada setiap kesempatan shalat jumat, sebagai uapaya evaluasi diri menujuk pada peningkatan ketakwaan kepada Allah dan menuju kehidupan yang lebihbaik.
Survey membuktikan, dan beberapa penelitian ilmiah telah menemukan, bahwa sikap, mental dan kepribadian sesorang sangat dipengaruhi oleh siapa teman dekatnya.Dalam hal ini Sayyidina Ali bin AbiTholib, berkata“Bersahabatlah dengan orang yang selalu berbuatkebajikan, niscaya engkau menjad isalah satu dari mereka, dan jauhilah yang gemar berbuat jahat, niscaya engkau akan tehindar dari akibat kejahatan mereka.”
          Ada tiga faktor yang mempengaruhi sikap mental dan kepribadian seseorang. Pertama, faktor keluarga. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka orang tualah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.(HR.Bukhori)
        Kedua, faktor masyarakat atau lingkungan. Rasulullah SAW bersabda,”Seseorang berada pada keagamaan temannya, maka lihatlah salah seorang diantarakamu, siapa yang dijadikan temanitu”. (HR.AbuDawuddanTirmidzi)
        Ketiga, faktor pendidikan. Para pakar pendidikan dan psikologi telah sepakat, bahwa pengaruh keturunan, pengaruh pendidikan masih kalah kuat dibanding dengan pengaruh pergaulan. Tentang mahalnya arti sebuah lingkungan sebagaimana yang difirmankan Allah, dalam surat Ibrahim ayat37 :
رَبَّنَآ إِنِّيْ أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِىْ بِوَادٍ غَيْرِذِىْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِىْمُوْا الصَّلَوةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِى إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ(37)
Artinya:“YaTuhan kami, Sesengguh nya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati , YaTuhan Kami (yang demikianitu) agar mereka mendirikan sholat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan,  Mudah-mudahan mereka bersyukur.”
          Doa ini dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim AS, saat beliau akan meninggalkan istri dan anaknya yakni SitiHajar dan Ismail putranya tercinta. Di sebuahlembah yang tandus, kering-kerontang, tidakadatumbuh-tumbuhandantanaman, bahkan tidak ada kehidupan. Dari sinilah banyak hikmah yang bisa diteladani, terutama dengan metode pendidikan yang diterapkanNabi Ibrahim AS kepadakeluarganya.
          Pertama, dia tidak meninggalkan keluarganya di semberang tempat.Beliau menempatkannya di dekat Baitullah (rumah Allah).Tentu saja ini bukan suatu kebetulan, melainkan pertanda, bahwa sejak awal, Nabi Ibrahim AS ingin mengondisikan keluarganya untuk selalu dekat dengan Baitullah. Beliau yakin betul bahwa tidak mungkin anak dan keluarganya sholeh dan taat, tanpa mengenal Baitullah. Dalam konteks sekarang bisa juga berupa masjid. Sangat kontras dengan apa yang  terjadi pada anak-anak kita sekarang, mereka lebih suka pergi ke mall dari pada Baitullah. Lebih akrab denagan BB daripada Al-Qu’an. Hal ini terjadi, karena banyak orang tua yang tidak memperkuatkan hati anak-anaknya dengan  masjid. Sehingga, Baitullah menjadi tempat  yang asing bagi mereka.
          Kedua, karenaNabi Ibrahim AS meninggalkan keluarganya dilembah yang kering, tandus, tidak ada tanam-tanaman dan tumbuh-tumbuhan, maka pantaslah jika  yang di minta kepada Allah SWT adalah makanan, minuman dan apasaja yang dapat menyambung hidup mereka. Namun hal itu tidak dilakukannya, justru beliau minta dalam doanya adalah “agar mereka mendirikan sholat”. Ini adalah permohonan yang berorientasi untuk mendekatkan diri kepada Allah.Sebuah permohonan yang tidak “popular” dan jarang dikumandangkan oleh para orang tua, dan kaum pendidik sekarang.
          Visi dan misi dunia pendidikan sekarang lebih dominan material oriented,lebih menitik-beratkan pada kecerdasan intelektual dan mengabaikan kecerdasan spiritual. Sholat yang merupakan symbol keharmonisan, hubungan dengan Allah, akan membuahkan kesuksesan, dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, pada saat ini kurang diperhatikan oleh para orang tua.
          Ketiga, permohonan berikutnya adalah “jadikan hati sebagian manusia cenderung kepada mereka”.Beliau mengharapkan menjadi orang-orang yang di cintai masyarakat, dan seorang itu di cintai karena akhlaknya. Inilah indikasi keberhasilan metode pendidikan, yaitu ketika mampu meluluskan anak-anak yang berakhlak mulia. Semakin lama seseorang belajar, seharusnya semakin baik akhlaknya. Semakin tinggi gelar seseorang, seharusnya semakin bermoral.Namun, kenyataan di lapangan tidak demikian, justru tidak bermoral, merampok uang Negara, korupsi dan melakukan banyak kedholiman.
          Keempat, Nabi Ibrahim AS menutup doanya dengan rezeki material “dan berikanlah rezeki mereka dari buah-buahan”.  Logika kita, akan mengatakan seharusnya permohonan inilah yang mesti didahulukan ,mengingat keberadaan keluarganya di lembah yang kering dan tandus.  Tetapi kenyataannya Nabi Ibrahim AS tidakdemikian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar