KEMBALI
KEPADA AJARAN AGAMA
السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ اَمَرَعِبَادَهُ بِالتَّمَسُّكِ بِالدِّيْنِ
فِيْ كُلِّ حَال. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ
لَهُ الْكَبِيْرُ الْمُتَعَال. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدِنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الْمَحْمُوْدُ الْفِعْلِ وَالْمَقَالِ وَاْلاَحْوَال.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيَّدِنَا مُحَمَّدٍوَعَلَى
اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنَ زَيَّنَ نَفْسَهُ بِصَالِحِ الْاَعْمَالِ.
اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوااللَّهَ حَقَّ
تَقْوَاهُ وَعْلَمُوا اَنَّ اللَّهَ يَأْ مُرُ عِبَادَهُ بِأَمْرٍيَنْفَعُهُمْ
فِىي لدُّنْيَا اِلَى الْمَآًلِ.
Hadirin jamaahJumat
yang terhormat
Dalam suasana yang penuh khidmat ini marilah kita bersama-samamawasdiri,
merenung kembali segala apa yang kitaperbuat, adakah selama ini hidup kita terisi
dengan nilai-nilaike takwaan kepada Allah Swt. Atau justrusebaliknya, kita lebih
banyak berpaling dari ajaranNya dan menggunakan kesempatan dalam kehidupan ini untuk
kepentingan nafsu yang melekat dan akan menjerumuskan kita. Hal ini penting kita
lakukan, paling tidak pada setiap kesempatan shalat jumat, sebagai uapaya evaluasi
diri menujuk pada peningkatan ketakwaan kepada Allah dan menuju kehidupan yang
lebihbaik.
Survey membuktikan, dan beberapa penelitian ilmiah telah menemukan,
bahwa sikap, mental dan kepribadian sesorang sangat dipengaruhi oleh siapa teman
dekatnya.Dalam hal ini Sayyidina Ali bin AbiTholib, berkata“Bersahabatlah dengan
orang yang selalu berbuatkebajikan, niscaya engkau menjad isalah satu dari mereka,
dan jauhilah yang gemar berbuat jahat, niscaya engkau akan tehindar dari akibat
kejahatan mereka.”
Ada tiga
faktor yang mempengaruhi sikap mental dan kepribadian seseorang. Pertama, faktor
keluarga. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci,
maka orang tualah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi”.(HR.Bukhori)
Kedua, faktor
masyarakat atau lingkungan. Rasulullah SAW bersabda,”Seseorang berada pada keagamaan
temannya, maka lihatlah salah seorang diantarakamu, siapa yang dijadikan temanitu”.
(HR.AbuDawuddanTirmidzi)
Ketiga, faktor
pendidikan. Para pakar pendidikan dan psikologi telah sepakat, bahwa pengaruh
keturunan, pengaruh pendidikan masih kalah kuat dibanding dengan pengaruh pergaulan.
Tentang mahalnya arti sebuah lingkungan sebagaimana yang difirmankan Allah,
dalam surat Ibrahim ayat37 :
رَبَّنَآ إِنِّيْ أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِىْ بِوَادٍ غَيْرِذِىْ
زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِىْمُوْا الصَّلَوةَ فَاجْعَلْ
أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِى إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ
لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ(37)
Artinya:“YaTuhan kami, Sesengguh nya aku telah menempatkan sebagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati , YaTuhan Kami (yang demikianitu) agar mereka mendirikan
sholat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah
mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka
bersyukur.”
Doa ini dipanjatkan oleh
Nabi Ibrahim AS, saat beliau akan meninggalkan istri dan anaknya yakni SitiHajar
dan Ismail putranya tercinta. Di sebuahlembah yang tandus, kering-kerontang,
tidakadatumbuh-tumbuhandantanaman, bahkan tidak ada kehidupan.
Dari sinilah banyak hikmah yang bisa diteladani, terutama dengan metode pendidikan
yang diterapkanNabi Ibrahim AS kepadakeluarganya.
Pertama, dia tidak meninggalkan
keluarganya di semberang tempat.Beliau menempatkannya di dekat Baitullah (rumah
Allah).Tentu saja ini bukan suatu kebetulan, melainkan pertanda, bahwa sejak awal,
Nabi Ibrahim AS ingin mengondisikan keluarganya untuk selalu dekat dengan
Baitullah. Beliau yakin betul bahwa tidak mungkin anak dan keluarganya sholeh dan
taat, tanpa mengenal Baitullah. Dalam konteks sekarang bisa juga berupa masjid.
Sangat kontras dengan apa yang terjadi
pada anak-anak kita sekarang, mereka lebih suka pergi ke mall dari pada Baitullah.
Lebih akrab denagan BB daripada Al-Qu’an. Hal ini terjadi, karena banyak orang
tua yang tidak memperkuatkan hati anak-anaknya dengan masjid. Sehingga, Baitullah menjadi tempat yang asing bagi mereka.
Kedua, karenaNabi
Ibrahim AS meninggalkan keluarganya dilembah yang kering, tandus, tidak ada tanam-tanaman
dan tumbuh-tumbuhan, maka pantaslah jika yang di minta kepada Allah SWT adalah makanan,
minuman dan apasaja yang dapat menyambung hidup mereka. Namun hal itu tidak dilakukannya,
justru beliau minta dalam doanya adalah “agar mereka mendirikan sholat”.
Ini adalah permohonan yang berorientasi untuk mendekatkan diri kepada
Allah.Sebuah permohonan yang tidak “popular” dan jarang dikumandangkan oleh para
orang tua, dan kaum pendidik sekarang.
Visi dan misi dunia pendidikan
sekarang lebih dominan material oriented,lebih menitik-beratkan pada kecerdasan
intelektual dan mengabaikan kecerdasan spiritual. Sholat yang merupakan symbol
keharmonisan, hubungan dengan Allah, akan membuahkan kesuksesan, dan kebahagiaan
di dunia dan di akhirat, pada saat ini kurang diperhatikan oleh para orang tua.
Ketiga, permohonan berikutnya
adalah “jadikan hati sebagian manusia cenderung kepada mereka”.Beliau mengharapkan
menjadi orang-orang yang di cintai masyarakat, dan seorang itu di cintai karena
akhlaknya. Inilah indikasi keberhasilan metode pendidikan, yaitu ketika mampu meluluskan
anak-anak yang berakhlak mulia. Semakin lama seseorang belajar, seharusnya semakin
baik akhlaknya. Semakin tinggi gelar seseorang, seharusnya semakin bermoral.Namun,
kenyataan di lapangan tidak demikian, justru tidak bermoral, merampok uang
Negara, korupsi dan melakukan banyak kedholiman.
Keempat, Nabi
Ibrahim AS menutup doanya dengan rezeki material “dan berikanlah rezeki mereka
dari buah-buahan”. Logika kita, akan
mengatakan seharusnya permohonan inilah yang mesti didahulukan ,mengingat keberadaan
keluarganya di lembah yang kering dan tandus. Tetapi kenyataannya Nabi Ibrahim AS
tidakdemikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar