Sabtu, 09 Mei 2015

kyai vs profesor


Naskah Dakwah
Jadilah Profesor
Naskah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Menejemen Dakwah

Dosen Pembimbing :
Indah Khusnul Masrurah, M.Ag.







    
Disusun Oleh :
Baru Muhamad Yusuf
NIM: 283112305



Jurusan                : Ushuluddin
Prodi                     : Ilmu Al Qur’an dan Tafsir
Semester               : V (lima)



INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
DESEMBER 2014
Dalam penyampaian dakwah atau ceramah kali ini, saya sampaikan pada mad’u yang sedang mencari ilmu di Pon.Pes Putra Menara AL FATTAH Mangunsari Tulungagung dalam kegiatan rutin setiap malam jum’at yakni latihan Khitobah dalam pelaksanaanya satu bulan dilaksanakan sebanyak dua kali.
Saya mengangkat tema yang bernuansa lebih mengunggulkan konsep keimanan dibanding dengan konsep logika seperti halnya yang diagung-agungkan para Mahasiswa. Karena mayoritas yang muqim di Pon.Pes ini adalah mayoritas orang-orang yang salafiyah tanpa sekolah formal, jadi menurut saya dakwah yang baik itu adalah dakwah yang memberi penyemangat kepada mad’u untuk berusaha menjadi baik, selain itu karena disini mayoritas juga sedang menghafal Al Qur’an (santri Tahfidz) jadi saya lebih memakai ayat-ayat Al Qur’an untuk menguatkan argumen saya, dan setidaknya agar memotifasi mad’u untuk lebih giat membaca apalagi kalau sudah sampai tahapan memahami dan mengamalkan. Karena menurut saya Al Qur’an adalah suatu lautan yang sangat luas, dan apabila digali terus-menerus niscaya tidak akan mengurangi kesakralan Al Qur’an, justru tugas kita sebagai pengemban amanat para Rasul untuk selalu bisa mengkontekstualkan ayat Al Qur’an agar sesuai dengan persoalan masa kini.
Lain dari pada itu, materi ini saya sampaikan dengan tujuan untuk memperkuat keyakinan mereka yang dizaman seperti ini tidak terpengaruh oleh kemajuan ilmu umum, dan mereka yang masih mengunggulkan tradisi salafus solih bahkan masih mau menghafal Al Qur’an yang menurut saya semakin lama semakin sedikit yang meminatinya. 
Penyampai Dakwah 

Baru M. Yusuf     
السلام عليكم و رحمة الله وبركاته         

انّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره , ونعوذ بالله من شرور أنفسنا , ومن سيئات أعمالنا , من يهد الله فلا مضل له , ومن يضلل فلا هدى له. اشهد ان لا اله الاّ الله وحده لا شريك له. والصلاة وسلم على النبي المبعوث المصطفى , وهو خير البرية وسيد العالمين الذى فيه أسوة حسنة لمن يرجوا لقاء ربه فى الجنة النعيم وعلى اله واصحابه الابرار الاخيار الذين يعتقدون باتباع السنة رسول الذى هو منبع الشريعة.
قال الله تعالى في كتابه الكريم اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحّمن الرّحيم: كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُون. الأية (سورة ال عمران: 110)
و قال رسول الله صلّى الله عليه و سلّم: اتق الله حيث ما كنت, الحديث او كما قال.
حضرة الكرماء و الفضالاء, لشيخنا الكريم الشيخ ابن كثير سراج الحاج كمدير المعهد الإسلامي السلفي الفتاح و اهل بيتهم, و لسائر الأساتد من المدرسد الدنيّة مهيجة القراء, و ايّها الإخوان المحبوب رحمكم الله.
اولا, حيّ نشكر الله تعالى الذي لقد اعطينا نعاما كثيرة حتىّ نستطع ان نجتمع في هذا المجلس او في هذا المكان المبارك, انشاء الله.
ثانيا, الصّلاة و السلام على سيّدنا و شفيعنا و قرّة اعيوننا سيّدنا محمّد و على اله و صحبه اجمعين, اللّهم فصلّ و سلّم و بارك على سيّدنا محمّد. الذى لقد حملنا من الضلمات الى النور يعني الدين الإسلام.
ايّها الإخوان رحمكم الله.

   
Perlu kita ketahui, bahwa gelar kiyai itu bukan sembarang gelar, karena predikat kyai adalah gelar yang sangat sulit untuk diperoleh setiap manusia, mengapa demikian?, karena hal ini adalah amanat langsung dari Allah SWT. Belum tentu orang yang mondoknya lama, hafal kitab banyak, hafal Al Qur’an, hafal Hadits dan lain sebagainya ini bisa menjadi kiyai. Kalau kita  ingin jadi sarjana sangat mudah sekali, tinggal pergi ke kampus, absen, mengikuti perkuliahan, mengerjakan tugas dan kewajiban seorang mahasiswa, selesai. Gelar Sarjana sudah di depan mata. Makanya jangan tenggelam dengan ilmu akal. Mohon maaf sebelumnya, kalau prof, Dr. meninggal dunia kemudian di kuburannya di beri nama Prof, Dr…, terus siapakah yang akan memperhatikan atau menziarai makam tersebut?, ..hehehe
Tetapi kalau makam para kiyai, para auliya’ setiap hari didatangi para santri dan di do’akan, (Alhamdulilahi rabbil’alamin, Allahmumma igfirlahum warhamhum, dan seterusnya), maka dari itu inilah kenikmatan yang tidak tergambarkan. Tetapi, mengapa sampai sekarang masih banyak pola fikir orang tua yang menganggap bahwa sekolah formal lebih penting dari pada madrasah diniah?? Kadang mereka beranggapan “alah, nyapo gek an, anak e di madrasahne, mbesok angel golek penggawean, mending ae sekolah formal wae, sokor bage sekolah seng wes njamin lak lulus langsung oleh pekerjaan”. Betul nopo betul kang????hehehe
Pendidikan di pondok itu top. Saya itu orang pondok an, pondok an tulen. Tapi saya bisa menjamin kalau lulusan pondok pesantren belum tentu besok menjadi orang-orang yang dalam sisi financial tertinggal, dan saya juga bisa menjamin kalau orang lulusan sekolah formal saja bahkan sampai sarjana misalkan, saya berani menjamin kalau dia belum tentu besok menjadi orang-orang yang sukses.
Begini kawan-kawan yang dirahmati Allah, yang sulit itu memadukan antara iman dan akal, itu yang paling sulit. Lebih sulit lagi kalau ceramah di depan, keadaan dredek gak ada air. Apakah panitia tidak ada anggaran untuk beli air minum??..Hehe, guyon kawan-kawan, biar tidak ngantuk.
Pun, saya teringat dengan Nabi Ibrahim AS, Nabi Ibrahim tatkala itu mendapat wahyu dari Allah SWT, لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير(الحديد:2)”. Allah itu adalah Dzat yang menciptakan jagat raya beserta seluruh isinya, dan juga Dzat yang Maha menghidupi dan juga mematikan segala sesuatu. Nabi Ibrahim berfikir “Gusti Allah iku Dzat kang moho mateni lan moho nguripi, lak moho mateni iku wes biso di trimo akal, mergo kabeh perkoro seng metu permulaane iku musti metu akhirane,  tapi lak perkoro seng wus mati trus kalian Gusti Allah nguripi meneh, pie carane Gusti pengeran nguripi?” ini akal pasti menolak, bagai mana bisa terjadi, hal yang sudah mati kok bisa dihidupkan lagi?? Ini yang sering dialami umat dimasa sekarang sampai besok hari kiamat, karena tidak menanamkan sifat keimanan terlebih dahulu dalam hidupnya, dan hanya akal lah yang di puja, hal seperti inilah yang bisa melunturkan nilai Agama Islam pada seseorang.
Gambaran penjelasannya seperti ini kawan-kawan, ada seorang bertamu kepada kiyai, dia mengadu kepada kiyai tentang kegagalannya dalam berbisnis, dia selalu rugi banyak, bahkan banyak hutang-hutangnya yang numpuk-numpuk belum terselesaikan. Akhirnya dia mengadu kepada seorang kiyai, dan dia berkata kepada kiyai tersebut “Yai, bagaimana hidupku ini, selalu dirundung kesialan, bisnis ini gagal, bisnis itu gagal, hutang saya numpuk dimana-mana, tolong dikasih solusi yai”. Kemudian kyai tersebut memberikan amalan do’a-do’a, bacaan auradz (amalan wirid) agar seluruh amalan yang telah diajarkat tersenut dibaca atau diamalkan  setelah shalat maktubah oleh orang yang sedang mengalami kegagalan dalam berusaha maupun berbisnis.  Pasti secara akal, kita tidak bisa menerima apa yang diberikan oleh kiyai tentang permintaan solusi kepada orang itu, apa benar?, orang yang banyak hutang, bisnisnya gagal justru diberi solusi untuk mengamalkan do’a-do’a, pasti kita berfikiran seperti ini “lha iyo, mbokyo’o dongo sampek subuh, wiridan sampek ngunyerne tasbeh peng rongewu ubengan paribasane, lak ra kerjo opoyo iso nyarutan lak ra nyambut gawe!!”, nggeh nopo nggeh?? Nggeh nopo nggeh??hehehe.
Itulah nalar akal, akal akan menolak hal-hal yang tidak mungkin masuk logika, tetapi itu lain dengan kehendak Allah kawan, ababila Allah berkeinginan, maka jadilah keinginan itu atas izinNya, walaupun secara akal tidak akan mungkin terjadi. Oleh karena itu, disaat kita menjumpai masalah yang mana antara hati dan akal saling bertolak belakang, maka menangkanlah hatimu, jangan engkau menangkan akalmu, iman akan rusak kalau kita memenangkan akal kita.
Makanya Nabi Ibrahim mengakomodasikan antara akal dengan hati, ini yang jarang disampaikan oleh mubaligh-mubaligh  lain. Hehe,
Jadi tatkala Nabi Ibrahim berangan-angan “Gusti Allah iku Dzat kang Moho mateni lan moho nguripi, lak moho mateni iku wes biso di trimo akal, tapi lak perkoro seng wes mati trus nguripi meneh, pie carane Gusti pengeran nguripi meneh?, akalku gak saget nrimo Gusti  ”وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَى, kemudian beliau di langsung tegur oleh Allah” "قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي. Apakah engkau tidak percaya denganku wahai Ibrahim?, kemudian Nabi Ibrahim menjawab “Bukannya saya tidak percaya Gusti, tapi saya hidup ini dibekali dengan dua hal penting yakni akal dan hati, kemudian kalau hati saya bisa menerima, namun akal tidak bisa menerima, apa yang harus aku lakukan Gusti, bukannya menambah keyakinan atas kekuasanMu, tapi malah timbul keraguan yang sangat mendalam Gusti, lalu apa yang harus saya perbuat?”, lalu Allah berfirman:
قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا
Lalu Allah menjawab "Kalau begitu, ketika kamu masih ragu terhadap Ku, maka ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya,kemudian letakkan burung tersebut diatas tiap-tiap satu bukit, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Mendengar perintah yang demikian, Ibrahim langsung bergegas memenuhi perintah Allah untuk menaruh burung yang dalam keadaan masih terikat diatas bukit. Kemudian sampai dibawah, Nabi Ibrahim memanggil burung itu, Subhanallah, tanpa selang waktu yang lama, burung yang mulanya berada jauh diatas bukit kembali berada didepan mata Nabi Ibrahim, Nabi Ibrahim heran setengah tidak percaya, akal sebenarya menolak, tapi mata melihat dengan sendirinya bahwa sesuatu yang menurut akal tidak akan mungkin terjadi ternyata benar-benar nyata didepan mata. Lalu masihkah kita mendewa-dewakan akal kawal?..
Dari ayat ini bisa diambil pelajaran bahwa tidak ada segala sesuatu yang tidak mungkin dari Allah, tatkala Allah berkehendak pasti akan terjadi, walaupun hal itu tidak bisa dibenarkan oleh akal. Jadi tatkala akal berseberangan dengan hati, maka tetap berpeganglah teguh kepada hati kawan. Jangan terlalu tenggelam dalam ilmu ilmiyah, akal, logika dan lain sebagainya.”kita harus kuliah, sekolah kedokteran biar hidupnya bahagia”, diajak ngaji ke pondok, ke madrasah, kurang semangat. Hal ini dikarenakan ketidak tauhan mereka tentang kekuasaan atau kehendak Allah secara mendalam.
Begini gambarannya, orang ibadah itu sama dengan gambarannya anak sekolah, anak sekolah itu ada tingkatannya yakni: SD, SMP, SMA, Dr, Prof. kalau ada diantara kita sekolah SD tidak naik kelas, dikarenakan malas, gak perneh belajar, gak pernah mengerjakan tugas, pakaiannya acak-acakan dan lain sebagainya, bagai mana bisa naik kelas kalau kelakuan setiap harinya seperti ini? Akhirnya ibu gurunya marah, dan ia dikeluarkan dari sekolah, dikemudian hari ia menjadi pekerja kuli bangunan, tukang pungut sampah, tukang cari rumput hewan (nggaret) dan lain sebagainya, dengan melihat pekerjaannya seperti itulah, kita bisa membyangkan bahwa ia mengumpulkan uang satu juta rupiah saja rasanya pasti setengah mati,,betul nopo betul?? Betul nopo betul??
Berbeda lagi dengan temannya, temannya dari sejak SD selalu rajin belajar, taat peraturan sekolah, ada tugas mengerjakan, kemudian temannya dari sekolah SD tamat, melanjutkan SMP tamat, melanjutkan SMA tamat, melanjutkan sarjana tamat, kemudian Dr, terahir Prof. lha kemudian temannya tersebut dianggat oleh Negara untuk menjadi pegawai negeri (dosen). Disuatu saat, dia bercerita kepada temannya yang hanya lulus di bangku SD tidak sampai tamat tadi tentang pekerjaan dan bagaimana cara mencari uang, tamatan SD bertanya “bagaimana caramu mendapatkan dan mengumpulkan uang agar bisa terkumpul menjadi banyak?” kemudian sang Prof. menjawab “ pekerjaanku Cuma makan, tidur, didepan computer, mengabsen mahasiswa. Begitu aja sudah mendapat uang setiap bulan sepuluh juta”. Mendengar jawaban seperti itu tamatan SD langsung terkejut, dan ia bilang “loh-loh, kok enak sekali mulutmu berbicara, mana ada, orang makan, tidur, ngabsen mahasiswa, dibayar oleh Negara sebegitu banyaknya, ngawur aja kamu itu”. Orang tamatan SD tidak percaya, karena akalnya tidak sampai, bahwa Prof. itu pekerjaannya semudah itu untuk bisa mendapatkan uang, tapi kenyataanya bahwa Prof. itu sudah dijamin oleh Negara karena penelitiannya sangat dibutuhkan untuk kemajuan bangsa, tidak usah bekerja banting tulang, sepertihalnya seseorang lulusan SD tadi.
Begitulah gambaran orang yang beribadah, ada tingkatannya seperti SD, SMP, SMA, Prof. Apa itu artinya??, tingkatan SD itu syari’at, tingkatan SMP itu tariqat, tingkatan SMA itu ma’rifat dan Prof. itu hakikat. Yang sudah mencapai tingkatan hakikan tidak perlu bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya, tapi yang masih tingkatan syari’at ya harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Ini sesuai firman Allah SWT:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا, وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (الطلاق: 2)
Barang siapa yang taqwa kepada Allah SWT, dalam artian sudah menduduki derajat profesor (ma’rifat), maka Allah akan memudahkan segala problematika hidup, dan memberikan rizqi kepadanya dari arah yang tak disangka-sangka. Dan hal ini sudah dibuktikan oleh para Nabi dan para auliya’ maupun orang-orang salih.
Nabi Musa misalnya, tatkala beliau dikejar-kejar oleh bala tentara fir’aun, kemudian dia terjebak di dekat lautan, dan saat itu pula bala tentara fir’aun sudah berapa dekat dibelakangnya. Tatkala itu Nabi Musa bingung, ingin berbalik arah, dibelakang ada musuh, ingin berlari terus didepan sudah ada lautan. Kemudian mau kemana lagi??, mundur konsekwensinya dibunuh oleh bala tentara fir’an, kemudian jika jalan  terus jelas tidak mungkin karena didepannya bentangan lautan luas, fikiran Nabi Musa saat itu buntu, tidak ada jalan kelur. Kemudian Allah menyuruh Malaikat Jibril untuk turun ke bumi dan mendatangi Nabi Musa untuk memberi solusi atas problem yang dihadapi saat itu. Dengan bunyi firmanNya
  فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ (63) وَأَزْلَفْنَا ثَمَّ الْآخَرِينَ (64) وَأَنْجَيْنَا مُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَجْمَعِينَ (65) ثُمَّ أَغْرَقْنَا الْآخَرِين (الشعراء: 63-66)
Nabi Musa tatkala itu mendapat seruan untuk memukulkan tongkat yang sedang ia bawa ke bentang lautan, kemudian lautan menjadi kering dan Nabi Musa beserta bala tentaranya segera lari untuk menyebrangi lautan, dan tetap diikuti oleh bala tentara fir’aun. Singkat cerita, sesampainya Nabi Musa dan bala tentaranya di ujung lautan, dan bala tentara fir’aun masih ditengah perjalanan menyebrangi lautan, maka Allah memerintah Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya lagi kelautan, dan tatkala itu pula lautan yang mulanya airnya kering kembali seperti semula, yang mana fir’aun dan bala tentaranya masih ditengah lautan dan tenggelam disana. “Suhanallah. Pun sami dong sedanten?, hehe. Kawan-kawan dapat memahami?
Contoh lain, kita sebagai orang awam, tatkala kita berkeiginan untuk melaksanakan ibadah haji kita harus menunggu beberapa tahun lamanya untuk bisa berangkat, dan perlu mengumpulkan banyak uang untuk saku untuk bekal disana, hal ini terjadi karena apa, karena kita masih tingkata SD (Syari’at). Namun berbeda dengan kisah yang pernah dialami oleh para auliya’ Allah, KH Abdul Khobir Siroj yang mashur dengan sebutan “Mbah Khobir” misalkan (pengasuh pon.pes putra menara Al fattah saat itu, beliau menjadi pengasuh pondok mulai  tahun 1994 sampai 2002). Beliau tatkala itu, sedang di ndalem dan beliau kedatangan seorang tamu dari Surabaya. Kemudian tamu itu berbicara “Assalamualaikum Yai, mohon maaf saya anak dari bapak Harianto, ingin memberi khabar kepada panjenengan bahwa bulan depan panjengengan diajak untuk haji bersama keluarga kami, dan ini titipan dari ayah saya”, (sambil mengasihkan amplob), kemudian setelah amplop itu dibuka dan disana tertulis salam dari seorang ayah tersebut, dan berisikan sejumlah uang untuk bekal haji disana. Loh, mengapa sedemikian berbeda jauh, antara kita sebagai orang awam tatkala kita ingin pergi haji harus membutuhkan uang banyak dan membutuhkan waktu lama untuk menunggu, sedangkan beliau dengan mudahnya untuk berangkat melaksanakan ibadah haji dan bahkan biaya kehidupan disana sudah dijamin?? Ini terjadi karena derajat kita masih kalah jauh dengan beliau, kita masih dalam tingkatan derajat orang SD, namun beliau sudah pada tingkatan SMP ataupun sudah Ma’rifat. Dan hal ini juga merupakan bukti kebenaran ayat Allah diatas.
Maka dari itu, kita sekarang yang sedang menuntut ilmu itu hanya sebagai alat untuk melaksanakan kebenaran dalam beribadah, dan akhirnya untuk diamalkan supaya kita selalu mengalami peningkatan ketaqwaan disetiap harinya dan menuju derajat orang-orang salih maupun derajat Prof.(hakikat). Jangan hanya mencari ilmu untuk sombong-sombongan, untuk debat-debatan, tapi juga harus diamalkan. Karena kata Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya’,
الناس كلهم هلكى إلى العالمون والعالمون كلهم هلكى إلا العاملون والعاملون كلهم هلكى إلا المخلصون والمخلصون على خطر عظيم
yang dimagsud adalah, bahwa manusia di bumi ini menurut Allah semuanya ibarat bangkai yang berhamburan atau berlalu lalang kesana kemari, kecuali orang-orang yang berilmu. Namun disitu belum berhenti menurut Al Ghazali, dan orang-orang yang berilmu itu ibarat bangkai yang masih bertebaran tatkala mereka belum mampu mengamalkan ilmunya. dan terahir, orang-orang yang sudang mengamalkan ilmunya itu masih ibarat bangkai yang bertebaran tatkala mereka belum mampu mengmalkan ilmunya dengan penuh rasa keikhlasan. Maka dari pendapat Imam Al Ghazali dapat diambil pelajaran bahwa derajat seseorang yang paling tinggi disisi Allah adalah orang-orang yang mau mengamalkan ilmunya dengan penuh rasa ke ikhlasan, tanpa memandang atau melirik penghargaan, pujian, ataupun pemberian sepeserpun dari manusia.
terahir, pesan dari saya marilah kita senantiasa mencoba untuk menuju derajat Prof. Jangan sampai pernah membanggakan dengan apa yang kita lakukan dihari ini, karena kita harus senantiasa menambah kualitas ketaqwaan kita kepada Allah SWT, agar kita termasuk orang-orang yang beruntung karena selalu mendekatkan diri kepadaNya. Dan pada akhirnya Allah pula lah yang akan memberikan atau menunjukkan kuasanya terhadap orang-ornga yang beriman dan bertaqwa.
Demikian sedikit uraian dari saya, semoga banyak manfaatnya, khususnya dapat menjadi pelajaran terhadap diri saya pribadi dan umumnya pada kawan-kawan sekalian yang saya cintai. Banyak kekurangan dari saya mohon dimaafkan.
والعفو منكم ثمّ السلام عليكم و رحمة الله وبركاته






Demikian ceramah yang saya sampaikan, masih banyak kekurangan materi maupun metode penyampaian yang saya kuasai. Maka dari itu, kritik yang bersifat membangun untuk lebih memperbaiki kekurangan dari saya sangat saya butuhkan. Agar kami kelak bisa menjadi penerus misi dakwah Rasulullah yang bisa memberikan banyak solusi maupun pemberi warna yang berbeda pada masyarakat yang heterogen dan akhirnya bisa melestarikan Ajaran Islam. Ceramah ini saya lakukan di:
Tempat             :  Aula Pon.Pes Putra Menara Al Fattah Mangunsari.
Waktu               :  Malam Jum’at, 11 Desember 2014.
Dalam Rangka : Kegiatan Rutin Malam Jum’at (latihan Khitobah dan latihan    bilal beserta Khutbah Jum’at, Idul Fitri dan Idul Adha).


                          Mengetahui

Ketua Pondok                                                                     Seksi Dakwah

    Ust. Abdul Rahman                                                                  Ust. Maulana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar